Sabtu, 30 Juli 2011

Cermat Memilih Obat Gagal Jantung

Berikut ini tulisan saya untuk Media Aesculapius yang ditolak editor karena dianggap terlalu 'guideline', karena itu saya post di sini. Selamat menikmati.

---

Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik akibat kelainan struktural dan fungsional jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk terisi darah dan mengeluarkan darah. Mengingat statusnya sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia, tentunya penderita penyakit ini memerlukan terapi farmakologi yang tepat.

Lini pertama bagi gagal jantung adalah obat-obatan dari golongan diuretik. Dari ketiga jenis obat diuretik, yang paling banyak digunakan adalah diuretik kuat, contohnya furosemide. Diuretik berguna untuk mengurangi tekanan vena dan preload ventrikel, juga dapat mengurangi retensi air dan garam serta edema. Penggunaannya biasa dikombinasikan dengan obat penyekat enzim konversi angiotensin (ACE-I) karena diuretik tidak mengurangi mortalitas.

Penyekat enzim konversi angiotensin digunakan sebagai lini pertama pengobatan gagal jantung bila tidak terdapat retensi cairan. Cara kerjanya adalah menurunkan afterload, juga dapat mengurangi remodelling jantung. Karena obat ini dapat menyebabkan batuk kering, pasien yang tak tahan dengan efek samping tersebut dapat menggunakan obat golongan penyekat reseptor angiotensin (ARB) yang memiliki efek sama. Namun harga obat golongan ARB lebih mahal daripada ACE-I. Kedua jenis obat ini dikontraindikasikan untuk wanita hamil karena bersifat toksik pada janin.

Gagal jantung yang stabil dapat diatasi dengan penggunaan obat penyekat beta (β-blocker). Obat golongan ini bekerja antara lain dengan mengurangi frekuensi aritmia, meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri, dan memperlambat disfungsi kontraktilitas miokardium. Selama tidak ada kontraindikasi seperti asma bronkial, blok AV derajat 2-3, bradikardia, dan hipotensi, obat ini boleh digunakan. Penelitian menunjukkan bahwa obat ini dapat mengurangi durasi opname dan bahkan mortalitas jika dikombinasikan dengan penyekat enzim konversi angiotensin.

Antagonis aldosteron dapat digunakan sebagai terapi gagal jantung karena efeknya melawan efek aldosteron sehingga mengurangi progresi remodelling jantung. Obat ini direkomendasikan sebagai obat kombinasi dengan penyekat enzim konversi angiotensin, penyekat beta, dan diuretik.

Pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium atau ritme sinus dapat diterapi menggunakan obat golongan glikosida jantung, yaitu digoksin. Digoksin memiliki tiga efek pengobatan, yaitu inotropik positif, kronotropik negatif, dan penurunan aktivitas saraf simpatis. Kombinasi dengan penyekat beta memberikan efek yang lebih baik daripada sendiri, namun perlu berhati-hati sebab dapat mengurangi efek inotropik digoksin.

Obat-obat gagal jantung memang bervariasi. Seorang dokter patut membekali diri dengan pengetahuan ini agar dapat memberikan pengobatan yang terbaik bagi pasiennya. Namun yang terpenting, sebelum mengambil tindakan untuk pasien, selalu ingat prinsip kita, first all, do no harm!