The Medical World of Mirano
ruang bagi seorang (calon) dokter untuk membagi pengetahuan dalam bidang kedokteran
Kamis, 15 Desember 2011
Sindrom Guillain-Barre
Senin, 12 September 2011
Aktifkan Kembali Posyandu!

Posyandu, sebagai suatu usaha pelayanan kesehatan ibu dan anak, kini tak terdengar lagi ingar-bingarnya. Apakah yang terjadi sesungguhnya?
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia menimbulkan keresahan tersendiri di antara masyarakat. Banyak alasan yang bisa dikemukakan atas kejadian itu, mulai dari kondisi lingkungan yang kurang baik sampai merebaknya berbagai jenis penyakit. Namun di saat kita tidak bisa begitu saja mengubah kondisi lingkungan atau mencegah berkembangnya penyakit, kita perlu mencari cara lain untuk menjamin kesehatan ibu dan anak. Salah satu cara tersebut adalah melalui posyandu.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah suatu usaha swadaya yang dilaksanakan oleh, dari, dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan kesehatan ibu dan anak pada khususnya. Posyandu terdiri atas dua jenis yaitu posyandu balita dan posyandu lansia. Sesuai dengan namanya, posyandu balita lebih mengarah kepada kesehatan ibu hamil, balita dan orangtuanya, ibu yang menyusui dengan bayinya, serta perempuan usia subur, sedangkan posyandu lansia lebih mengarah pada kesehatan orang lanjut usia. Namun yang lebih kita kenal sehari-hari adalah posyandu balita.
Kegiatan yang dilaksanakan di posyandu dikenal dengan nama “sistem 5 meja”. Hal ini bukan berarti dalam posyandu hanya memiliki 5 meja, namun kegiatan Posyandu harus mencakup 5 kegiatan berikut ini, antara lain pendaftaran ibu/anak, penimbangan balita, pencatatan hasil penimbangan, penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan, imunisasi, KB, dan pojok oralit. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, diperlukan kader yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal, pengetahuan kesehatan dasar dan gizi, dan keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di posyandu seperti pencatatan, pelaporan, penimbangan, dan sebagainya.
Setelah bertahun-tahun berjalan, posyandu dinilai merupakan program yang cukup baik. Kegiatan posyandu yang dari, oleh, dan untuk masyarakat memang sangat diperlukan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat. Terlebih lagi, dengan adanya dukungan dari pemerintah, seharusnya posyandu bisa terus melaksanakan tugasnya.
Sayangnya, kenyataan tidak seindah yang tertulis di kertas. Posyandu kini mulai kehilangan ingar-bingarnya. Di beberapa daerah, posyandu bahkan sudah dapat dikatakan “mati suri” karena aktivitas-aktivitas dasarnya tidak mampu berjalan karena berbagai sebab seperti kurangnya kader, tidak adanya partisipasi masyarakat, dan kurangnya pembinaan dari sektor pemerintah terkait. Dari sejumlah 267.000 posyandu yang ada di Indonesia, kini yang aktif hanya sekitar 37,3%, dan dari semua anak balita di Indonesia, hanya 45,4% yang dipantau perkembangannya.
Sebenarnya, rencana Revitalisasi dan Pengembangan Kembali Posyandu sudah dicanangkan sejak lama, tepatnya sejak tahun 2001, namun baru digalakkan ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden. Latar belakang seruan itu tentu saja karena menipisnya kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi berbagai masalah kesehatan yang muncul di antara mereka.
Rencana ini disambut baik oleh Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta, yang bergerak cepat mendorong Bapak Gubernur DKI Jakarta untuk memberikan payung hukum bagi pelaksanaan Program Perkuatan dan Pengembangan Posyandu di DKI Jakarta. Pada tanggal 7 Desember 2005 dikeluarkanlah Surat Keputusan Nomor 2251 Tahun 2005 tentang Program Perkuatan Posyandu dan Pembentukan Tim Adhoc Posyandu Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta. Hasilnya, jumlah bayi yang ditimbang di Jakarta meningkat dari 43% menjadi 75%. Namun di provinsi-provinsi lain, penggalakan program revitalisasi posyandu ini belum terdengar gaungnya.
Salah satu penyebab kurang berhasilnya program ini diduga karena masalah dana. Sebenarnya, pemerintah daerah seharusnya masih mengucurkan dana untuk posyandu melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang diberikan melalui puskesmas. Upaya kesehatan yang dapat dibiayai oleh BOK mencakup upaya-upaya promotif dan preventif yang meliputi Promosi Kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Imunisasi, dan lain-lain yang sangat berkaitan dengan posyandu.
Hal yang tak kalah penting selain ketersediaan dana adalah partisipasi dari masyarakat, baik sebagai kader maupun pengguna layanan posyandu. Jika masyarakat turut berperan aktif, niscaya posyandu akan mampu menggeliat serta bergerak kembali. Karena bukankah posyandu adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat?
Selasa, 06 September 2011
Hikmah Puasa Untuk Kesehatan

"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa." (QS Al-Baqarah : 183)
Puasa, tentunya kita sudah sangat mengenal istilah tersebut. Ketika kita melakukan puasa, kita harus menahan diri untuk tidak makan, minum, dan melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Bagi yang belum terbiasa melakukan puasa, mungkin hal ini terdengar sedikit berat, apalagi pada bulan Ramadhan di mana kita harus melakukannya selama tiga puluh hari.
Dari kewajiban kita untuk berpuasa ini, mulai timbul pertanyaan. Mampukah kita untuk tetap sehat saat berpuasa? Bukankah tubuh kita memerlukan energi dari makanan agar tetap dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari? Apakah berpuasa tidak akan membuat kita menjadi sakit dan lemah?
Ternyata tidak, justru sebaliknya. Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa berpuasa sesungguhnya memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan kita, antara lain:
1. Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan
Pada saat kita tidak berpuasa, alat pencernaan dalam tubuh bekerja keras, karena itu pada saat berpuasa kita memberikan “istirahat” kepada alat pencernaan sehingga oksigenisasi tidak lagi terus-menerus terjadi di perut melainkan di kepala.
2. Membersihkan tubuh dari kotoran dan racun (detoksifikasi)
Puasa berarti membatasi jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh kita, sehingga seluruh cadangan makanan yang ada dalam tubuh dibakar dan dihasilkan enzim antioksidan yang berfungsi menyingkirkan zat-zat racun dalam tubuh.
3. Menambah jumlah sel darah putih
Sel darah putih berfungsi untuk memerangi penyakit yang masuk ke tubuh, sehingga dengan bertambahnya jumlah sel darah putih, ketahanan tubuh kita dengan sendirinya akan meningkat.
4. Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh
5. Memperbaiki fungsi hormon
6. Meremajakan sel-sel tubuh
Hati, lambung, dan organ-organ vital lebih banyak beristirahat saat puasa, sehingga sel-sel tubuh mempunyai kesempatan untuk beregenerasi dan membuat kita menjadi awet muda serta memperlambat proses penuaan.
7. Meningkatkan fungsi organ tubuh
8. Menyeimbangkan saraf simpatis dan parasimpatis
9. Mengurangi resiko stroke
Puasa dapat menyingkirkan kolesterol dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh darah (arterosklerosis).
10. Menurunkan tekanan darah tinggi
11. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sperma
Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas, rupanya puasa juga mempunyai khasiat untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Kelebihan gizi atau overnutrisi dapat mengakibatkan kegemukan yang akhirnya berujung pada penyakit-penyakit degeneratif seperti tingginya kadar kolesterol dan trigliserida, jantung koroner, kencing manis, dan lain-lain.
Puasa tidak hanya berguna bagi kesehatan jasmani, namun juga kesehatan jiwa. Seperti yang sudah disebutkan di atas, puasa dapat memberikan kesempatan bagi sel-sel tubuh untuk meremajakan diri, sehingga tubuh menjadi awet muda. Bagi terutama para wanita, hal ini adalah cara terbaik untuk mempercantik diri secara alami. Puasa juga penting dalam mengendurkan ketegangan jiwa sehingga kita terhindar dari stres, memperoleh kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, dan mengendalikan gairah seks.
Bagaimana dengan orang yang memiliki tubuh yang lemah? Mampukah dia untuk berpuasa? Tentu saja! Karena itu, kita patut memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita pada saat sahur dan berbuka.
Sahur amat perlu untuk mengimbangi zat gizi yang tak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Anjuran sahur bukan semata-mata untuk mendapatkan tenaga yang prima selama menunaikan ibadah puasa, melainkan juga mengandung makna bahwa puasa perlu persiapan agar selama berpuasa produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sebaiknya makanan untuk sahur dipilih yang mengandung serat dan berkuah seperti sayur dan buah-buahan karena dapat mengurangi rasa lapar dan haus.
Bagaimana dengan berbuka puasa? Menurut hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud, “Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab(kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering),maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air.”
Kurma yang disebutkan di sini tidaklah sama dengan “yang manis-manis”. Kurma pada kondisi aslinya tidak terlalu manis karena mengandung karbohidrat kompleks, sedangkan gula yang terkandung dalam makanan dan minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi saat berbuka puasa mengandung karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi energi. Dengan demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit demi sedikit sehingga kita tidak cepat lapar dan energi tersedia dalam waktu lama. Sebaliknya, karbohidrat sederhana menyediakan energi sangat cepat, tapi akan cepat sekali habis sehingga kita mudah lemas.
Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh.
Oleh karena itu, saudara-saudariku sesama muslim, janganlah takut untuk berpuasa. Sesungguhnya puasa sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan, sebaliknya puasa akan membuat kita menjadi sehat. Memang sekilas menahan lapar dan haus itu sulit, namun alangkah banyaknya manfaat yang bisa kita dapatkan jika kita bisa melakukannya selama satu bulan saja. Selain itu, masih banyak pula pahala yang akan kira peroleh di akhirat nantinya.
“Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu daripada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipat-gandakan pahalanya kepada sepuluh hingga ke 700 kali. Allah berfirman: "Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku memberikan balasan (pahala) kepadanya, (karena) dia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makan minumnya karena Aku." (HR. Muslim)
Minggu, 28 Agustus 2011
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Hilangkan Nyeri Dengan Aliran Listrik

Rasa nyeri (pain) dapat didefinisikan sebagai suatu sensasi terkait kerusakan jaringan atau kejadian yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan. Nyeri memungkinkan kita untuk menghindari cedera yang lebih luas. Sekalipun begitu, banyak orang ingin terlepas dari perasaan nyeri karena sensasinya yang tidak nyaman sehingga dapat mengganggu aktivitas. Caranya adalah dengan menggunakan obat-obatan penghilang rasa nyeri atau memanfaatkan elektroanalgesia seperti pada transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).
Prinsip elektroanalgesia sebenarnya sudah ditemukan sejak zaman Yunani Kuno, berdasarkan laporan Scribonius Largus tentang penggunaan ikan yang bisa mengeluarkan listrik untuk meredakan nyeri. Lalu pada abad ke-16 hingga 18 Benjamin Franklin menemukan berbagai alat elektrostatik yang biasa digunakan untuk menghilangkan sakit kepala dan berbagai nyeri lainnya. Pada abad ke-19 barulah ditemukan alat bernama electreat yang prinsipnya kurang-lebih sama dengan TENS saat ini, hanya saja alat ini tidak portabel dan kemampuan mengontrol nyerinya pun terbatas.
TENS modern pertama kali dipatenkan pada tahun 1974. Satu unit TENS terdiri atas satu atau lebih generator listrik, baterai, dan satu set elektroda. Elektroda-elektroda tersebut biasanya ditempatkan di permukaan kulit pada bagian yang terasa nyeri, meski penempatan di tempat lain seperti di atas saraf, tempat pemicu rasa nyeri, dan titik-titik akupunktur juga dapat memberikan efek yang signifikan. Pasien diinstruksikan untuk mengatur sendiri frekuensi dan intensitas aliran listrik yang menurut mereka paling baik untuk mengontrol rasa nyeri.
Bagaimana cara TENS dapat menghilangkan nyeri? Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi listrik dari TENS mengaktivasi serat-serat saraf bermielin dengan ambang rangsang rendah. Input aferen dari serat-serat saraf tersebut menghambat perambatan impuls nosiseptif dalam serat C yang kecil tak bermielin dengan menutup “gerbang” yang menghantarkan impuls nosiseptif ke talamus dan korteks. Teori gate-control ini dijelaskan oleh Melzack dan Wall pada tahun 1965.
Terdapat tiga pilihan yang dapat digunakan dalam aplikasi TENS, yaitu TENS konvensional, akupunktur, dan pulsed TENS. TENS konvensional memiliki frekuensi tinggi (40-150 Hz) dan intensitas rendah (10-30 mA). Durasi pulsasinya singkat (50 ms) dan mampu melenyapkan nyeri hampir seketika. Jika frekuensi diturunkan menjadi 1-10 Hz dan intensitas dinaikkan sampai ke batas toleransi (pengaturan seperti akupunktur) dapat memberikan hasil yang lebih baik, namun sangat tidak nyaman dan banyak pasien yang tidak bisa menoleransinya. Pulsed TENS menggunakan semburan listrik berfrekuensi 1-2 Hz di sela-sela impuls berfrekuensi 10 Hz. Namun belum ditemukan keuntungan metode ini dibandingkan TENS konvensional.
Penggunaan TENS diindikasikan bagi pasien dengan nyeri neurogenik, muskuloskeletal, dan viseral; dismenorea; neuropati diabetik; dan penyakit lain seperti angina pektoris dan mengontrol rasa mual pasca kemoterapi. TENS jarang menimbulkan efek samping, meski 33% pasien ditemukan mengalami iritasi kulit.
Meski penggunaan TENS sangat menyenangkan, terdapat beberapa hal yang patut diperhatikan. Misalnya, pasien yang menggunakan alat pacu jantung tidak boleh menggunakan TENS karena dapat menyebabkan kegagalan dari alat pacu jantung. Wanita hamil juga tidak disarankan menggunakan TENS karena dapat menyebabkan kelahiran prematur. TENS juga tidak boleh ditempatkan sembarangan, contohnya di daerah arteri karotis karena dapat menyebabkan hipotensi melalui perangsangan refleks vagovagal.
TENS memang alat yang praktis untuk mengontrol rasa nyeri. Namun karena belum banyak penelitian resmi mengenainya, kita belum dapat memastikan efektivitasnya jika dibandingkan dengan terapi farmakologis. Meskipun begitu, tidak ada salahnya jika alat ini digunakan, asalkan tetap mengikuti kaidah yang berlaku, dan terutama ingat prinsip kita, first all, do no harm!Sabtu, 30 Juli 2011
Cermat Memilih Obat Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik akibat kelainan struktural dan fungsional jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk terisi darah dan mengeluarkan darah. Mengingat statusnya sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia, tentunya penderita penyakit ini memerlukan terapi farmakologi yang tepat.
Lini pertama bagi gagal jantung adalah obat-obatan dari golongan diuretik. Dari ketiga jenis obat diuretik, yang paling banyak digunakan adalah diuretik kuat, contohnya furosemide. Diuretik berguna untuk mengurangi tekanan vena dan preload ventrikel, juga dapat mengurangi retensi air dan garam serta edema. Penggunaannya biasa dikombinasikan dengan obat penyekat enzim konversi angiotensin (ACE-I) karena diuretik tidak mengurangi mortalitas.
Penyekat enzim konversi angiotensin digunakan sebagai lini pertama pengobatan gagal jantung bila tidak terdapat retensi cairan. Cara kerjanya adalah menurunkan afterload, juga dapat mengurangi remodelling jantung. Karena obat ini dapat menyebabkan batuk kering, pasien yang tak tahan dengan efek samping tersebut dapat menggunakan obat golongan penyekat reseptor angiotensin (ARB) yang memiliki efek sama. Namun harga obat golongan ARB lebih mahal daripada ACE-I. Kedua jenis obat ini dikontraindikasikan untuk wanita hamil karena bersifat toksik pada janin.
Gagal jantung yang stabil dapat diatasi dengan penggunaan obat penyekat beta (β-blocker). Obat golongan ini bekerja antara lain dengan mengurangi frekuensi aritmia, meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri, dan memperlambat disfungsi kontraktilitas miokardium. Selama tidak ada kontraindikasi seperti asma bronkial, blok AV derajat 2-3, bradikardia, dan hipotensi, obat ini boleh digunakan. Penelitian menunjukkan bahwa obat ini dapat mengurangi durasi opname dan bahkan mortalitas jika dikombinasikan dengan penyekat enzim konversi angiotensin.
Antagonis aldosteron dapat digunakan sebagai terapi gagal jantung karena efeknya melawan efek aldosteron sehingga mengurangi progresi remodelling jantung. Obat ini direkomendasikan sebagai obat kombinasi dengan penyekat enzim konversi angiotensin, penyekat beta, dan diuretik.
Pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium atau ritme sinus dapat diterapi menggunakan obat golongan glikosida jantung, yaitu digoksin. Digoksin memiliki tiga efek pengobatan, yaitu inotropik positif, kronotropik negatif, dan penurunan aktivitas saraf simpatis. Kombinasi dengan penyekat beta memberikan efek yang lebih baik daripada sendiri, namun perlu berhati-hati sebab dapat mengurangi efek inotropik digoksin.
Obat-obat gagal jantung memang bervariasi. Seorang dokter patut membekali diri dengan pengetahuan ini agar dapat memberikan pengobatan yang terbaik bagi pasiennya. Namun yang terpenting, sebelum mengambil tindakan untuk pasien, selalu ingat prinsip kita, first all, do no harm!